Ekosistem Babel Terganggu, Perlukah Penggalian Timah Dihentikan?

Ekosistem Babel Terganggu, Perlukah Penggalian Timah Dihentikan?

Menurut Wikipedia, Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan. Ekosistem harus tetap terlindungi meskipun kandungannya diambil dan diolah terutama di Bangka Belitung yang terkenal sebagai penghasil timah. Pertambangan timah merupakan pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) paling utama di Bangka Belitung yang mana peran timah pada tahun 2018 sebesar 17,38 persen. Selain masuk ke sector pertambangan dan penggalian, timah juga masuk ke subsector industry pengolahan logam timah dan sector perdagangan atau ekspor Bangka Belitung. Pada tahun 2018, perdagangan atau ekspor Bangka Belitung didominasi dengan timah  senilai US$ 1.361,2 juta berkisar 76,62 persen dari total ekspor. Hal ini tentu saja menjadikan timah sebagai sumber ekonomi bagi Bangka Belitung. Namun, penggalian timah di Bangka Belitung juga memberikan dampak negative terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena penambang illegal yang tidak bertanggung jawab terhadap ekosistem yang digunakan sebagai lahan penambangan timah dan juga tidak menggunakan teknologi ramah lingkungan. Hal ini tentu saja menjadi masalah untuk mencapai tujuan SDGs yang ke-15 dan yang ke-14. Tujuan SDGs yang ke-15 yaitu melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati, sehingga salah satu target yang ingin dicapai pada tujuan ke-15 SDGs yaitu SDGs berusaha melindungi dan memperbaiki penggunaan ekosistem darat seperti hutan, rawa, lahan dan gunung pada 2020. Adapun tujuan SDGs yang ke-14 yaitu mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan. Penambangan timah yang dilakukan di darat dan di laut memberikan dampat negative terhadap lingkungan diantaranya terbentuknya kolong dan rusaknya ekosistem darat dan ekosistem laut.

 Gambar penambangan timah di daratan oleh walhi tambang3 DSC_1264 

 

Gambar penambangan timah di pantai rebo

Kerusakan-kerusakan akibat penggalian timah menjadi permasalahan yang dihadapi Bangka Belitung. Selain itu, cadangan timah yang semakin menipis akan menjadi hambatan untuk mencapai daerah yang makmur dan sejahtera jika terus-terusan bergantung pada timah saja. 

Grafik 1. Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2019 (persen)

Sumber: Berita Resmi Statistik Kep. Bangka Belitung, 2019

Pada tahun 2019, penambangan dan penggalian timah mulai menurun yaitu sebesar 9,49 persen sehingga berdampak terhadap industri pengolahan yang mana pada tahun 2018 pertumbuhan Industri Pengolahan sebesar 4 persen, namun pada tahun 2019 tumbuh melambat sebesar 1,17 persen. Hal ini terjadi karena adanya kendala aturan dalam hal mengoperasi dan mengekspor timah sehingga pada tahun 2019 hanya beberapa perusahaan smelter swasta yang bisa berproduksi dan melakukan ekspor logam timah. Pembatasan dalam hal mengoperasi dan mengekspor timah menjadi salah satu kebijkaan pemerintah untuk mengatasi penambangan illegal yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Selain itu, dengan kondisi cadangan timah yang semakin menipis maka Bangka Belitung tidak bisa hanya bergantung pada hasil timah saja sehingga Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Rosman menginginkan agar transformasi masyarakat dilakukan, dari penambang ke sektor yang lain seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata. 

"Tapi bukan berarti kita langsung mencabut atau keluar dari penambangan. Sedikit demi sedikit lah. Kalau langsung, bisa kolaps kita. Kontribusi tambang timah pada PAD Babel saat ini cukup tinggi, yakni 20 persen dari Rp 2,9 triliun. Kalau distop, berapa APBD kita nantinya?" ujarnya, Rabu (25/3/2018).

Selain itu, Erzaldi juga mengatakan, sudah waktunya pengusaha tambang timah di Babel menggunakan teknologi ramah lingkungan. Dengan demikian, kerusakan lingkungan bisa diminimalisasi. Adapun usaha lain yaitu dilakukannya reklamasi lahan tambang setelah aktivitas penambangan selesai yang bertujuan untuk memperbaiki ekosistem lahan  tambang melalui perbaikan kesuburan tanah dan penanaman lahan di permukaan.

Bagi Bangka Belitung, timah banyak memberikan kontribusi besar dalam perekonomian baik dalam sector  penambangan dan penggalian, industry pengolahan, maupun perdagangan atau ekspor. Namun, permasalahan yang dihadapi yaitu cadangan timah yang semakin menipis, yang mana pada tahun 2019 kontribusi timah dalam penambangan dan penggalian  timah menurun dari tahun 2018 yaitu menjadi 9,49 persen sehingga menyebabkan pertumbuhan industry pengolahan mengalami penurunan menjadi 1,17 persen. Selain itu, rusaknya ekosistem akibat penambangan timah yang kebanyakan dilakukan secara illegal menjadi tantangan bagi Bangka Belitung untuk mencapai tujuan SDGs yang ke-15 dan yang ke-14. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Rosman menginginkan agar transformasi masyarakat dilakukan, dari penambang ke sektor yang lain seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata. Selain itu, adanya kebijakan dalam hal mengoperasi dan mengekspor timah. Adapun usaha lain yang dapat dilakukan yaitu, ekosistem di darat dan laut yang rusak akibat penambangan timah dapat diperbaiki dengan dilakukannya reklamasi.